Pesawat hancur akibat serangan udara Israel di bandara Sanaa, di Sanaa, Yaman pada 28 Mei 2025. Foto/Mohammed Hamoud/Anadolu Agency
Mereka memperingatkan Tel Aviv tentang “musim panas yang terik” sebagai balasan atas serangan tersebut.
TV Al-Masirah yang dikelola Houthi mengatakan empat serangan udara Israel menargetkan landasan pacu bandara dan satu pesawat dari maskapai penerbangan nasional Yemenia Airways.
“Agresi kriminal ini hanya akan mendorong kita lebih jauh,” tegas Mahdi Al-Mashat, kepala Dewan Politik Tertinggi Houthi, yang mengunjungi lokasi tersebut, kepada kantor berita Saba yang berafiliasi dengan Houthi.
Dia bersumpah Houthi tidak akan goyah dalam dukungan mereka terhadap Gaza sampai Israel menghentikan serangannya dan mencabut blokade.
“Anda tidak dapat melindungi Zionis dari rudal-rudal kami,” ancam dia kepada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Gelombang Ketegangan: Respons Houthi Terhadap Serangan Israel
Serangan udara Israel terhadap Bandara Internasional Sanaa telah memicu kemarahan kelompok Houthi yang semakin menunjukkan tekadnya untuk mendukung Jalur Gaza. Meskipun dalam keadaan terjepit, Houthi berusaha menunjukkan bahwa agresi yang mereka hadapi tidak akan mempengaruhi komitmen politik dan militernya.
Dalam konteks konflik yang terus berkepanjangan ini, penting untuk melihat bahwa Houthi tidak hanya berjuang untuk diri mereka sendiri, tetapi mengaitkan pertarungan mereka dengan permasalahan yang lebih besar di kawasan, yaitu permasalahan Palestina. Dengan cara ini, mereka berharap bisa meraih simpati dari negara-negara di kawasan yang juga merasakan kesedihan akibat konflik yang terjadi.
Dari Pendukung Menjadi Penyerang: Strategi Houthi Menghadapi Israel
Strategi Houthi untuk menghadapi Israel menjadi pertanyaan menarik yang perlu dieksplorasi lebih lanjut. Setelah serangan udara terjadi, Houthi menunjukkan gelagat untuk meningkatkan serangan mereka sebagai respons atas serangan yang dilakukan oleh Israel, mengisyaratkan akan ada balasan yang akan datang di waktu dekat.
Ancaman dari Mahdi Al-Mashat menunjukkan bahwa mereka memiliki rencana yang matang untuk tetap bertahan di tengah tekanan. Menghadapi ketidakadilan, Houthi sepertinya ingin membuktikan bahwa mereka tidak akan mundur, dan justru berkomitmen untuk melawan yang selama ini mereka anggap sebagai penindas.