www.sekilasnews.id – Dosen Program Studi Sains Komunikasi MNC University, Febi Ramadhani Rusdin, berkolaborasi dengan Dewan Pimpinan Cabang Federasi Perjuangan Buruh Nasional (DPC FPBN) Kabupaten Barru untuk menyelenggarakan Dialog Ketenagakerjaan. Acara ini diadakan pada tanggal 2 Agustus 2025 di Sekretariat DPC FPBN Kabupaten Barru, bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada pekerja dan aktivis buruh.
Dialog ini mengusung tema “Narasi dan Literasi Media dalam Dunia Buruh Digital,” yang mengedukasi pentingnya etika digital dalam menghadapi tantangan di era Buruh 4.0. Febi menjelaskan bahwa dalam konteks digital, buruh tidak hanya sebagai subjek, namun juga sebagai penghasil informasi yang harus bertanggung jawab.
Dalam presentasinya, Febi mengangkat isu pentingnya membangun narasi yang produktif serta membentengi diri dari informasi yang salah dan ujaran kebencian. Ditambahkan bahwa media sosial adalah alat yang kuat, dan cara penggunaannya akan memengaruhi dampaknya bagi masyarakat buruh.
Peran Media Sosial dalam Ketenagakerjaan Modern
Media sosial telah menjadi bagian integral dalam kehidupan sehari-hari masyarakat, termasuk para pekerja. Dalam era digital ini, digunakannya platform-platform sosial harus dilakukan dengan bijak untuk menyuarakan hal-hal yang berkaitan dengan hak buruh.
Pekerja diharapkan bukan hanya sebagai konsumen informasi, tetapi juga menjadi produsen yang mampu memberikan narasi yang benar. Melalui dialog ini, pentingnya kesadaran akan etika dalam berkomunikasi di media sosial menjadi pokok bahasan yang utama.
Febi menekankan perlunya buruh untuk beradaptasi dengan lingkungan digital, sehingga mereka dapat menghindari manipulasi informasi. Komunikasi yang efektif melalui media sosial dapat membantu meningkatkan kesadaran publik tentang isu-isu perburuhan.
Kepentingan Etika dalam Era Buruh 4.0
Pentingnya etika digital menjadi salah satu fokus utama dalam dialog ini. Etika ini tidak hanya berkaitan dengan cara berkomunikasi, tetapi juga dengan tanggung jawab sosial yang diemban oleh pekerja.
Febi menjelaskan bahwa buruh harus memahami dampak dari setiap informasi yang dibagikan. Memiliki kesadaran akan etika digital berarti menjaga integritas serta mengedepankan kebenaran dalam setiap beritanya.
Dengan memahami etika digital, buruh dapat mengurangi risiko penyebaran hoaks dan ujaran kebencian yang sering terjadi. Oleh karena itu, membangun narasi positif menjadi sangat krusial dalam memperjuangkan hak-hak buruh.
Dialog sebagai Wadah Edukasi untuk Pekerja dan Aktivis
Dialog yang diadakan berfungsi sebagai platform edukatif untuk membuka wawasan para pekerja tentang isu-isu penting di sekitar mereka. Diharapkan, para peserta dapat membawa pulang pengetahuan baru yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Sejumlah narasumber, termasuk Andi Sunrah dari Asosiasi Mediator Hubungan Industrial Sulselbar, turut memberikan pendapatnya. Kehadiran para expert di bidang ini memberikan perspektif yang beragam terkait isu-isu yang dihadapi buruh saat ini.
Dengan mempertimbangkan berbagai sudut pandang, diharapkan dialog ini tidak hanya menciptakan pemahaman, tetapi juga membangkitkan semangat kolaborasi antara buruh dan pemangku kepentingan lainnya. Sinergi ini penting untuk menciptakan lingkungan kerja yang lebih baik.