www.sekilasnews.id – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. FOTO/AP
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kembali menarik perhatian dunia internasional dengan ancaman tarif yang diberlakukannya terhadap sejumlah negara. Jika negosiasi dagang tidak membuahkan hasil dalam waktu dekat, Trump berencana untuk mengenakan tarif impor hingga 70% pada barang-barang tertentu.
Dalam sebuah pernyataan di Pangkalan Militer Andrews, Trump mengungkapkan bahwa surat pemberitahuan tarif baru akan dikirimkan kepada 10 hingga 12 negara setiap hari selama lima hari ke depan. Kebijakan ini muncul setelah tenggat waktu moratorium tarif yang sebelumnya berlaku sejak bulan April.
Ancaman tarif ini sebagai respons atas kebijakan perdagangan yang dinilai tidak seimbang dan akan mulai berlaku pada 1 Agustus 2024. Trump menjelaskan bahwa tingkat tarif tersebut bervariasi, mulai dari 10% hingga 70%, tergantung hasil dari negosiasi dengan masing-masing negara.
Pengaruh Tarif Baru Terhadap Ekonomi Global dan Pasar Keuangan
Keputusan Trump untuk memperkenalkan tarif yang lebih tinggi ini menimbulkan berbagai respons dari pasar keuangan. Banyak pengamat ekonomi khawatir bahwa ancaman tersebut dapat memicu gejolak pasar global, mengingat dampak kebijakan serupa sebelumnya telah memperburuk situasi keuangan.
Kenaikan tarif pajak ini bisa mengakibatkan lonjakan biaya barang impor, yang pada gilirannya dapat menyebabkan inflasi. Hal ini tentu saja menjadi perhatian utama bagi para ekonom dan investor yang beroperasi baik di dalam maupun luar AS.
Penerapan tarif baru ini juga bisa berpotensi memengaruhi neraca perdagangan negara-negara yang terlibat. Negara yang terkena dampak tarif tersebut mungkin mencari cara untuk membalas dengan menerapkan tarif serupa pada produk AS.
Strategi Perdagangan Trump yang Kontroversial dan Respon Internasional
Strategi perdagangan yang diterapkan Donald Trump telah menuai banyak kritik dari berbagai kalangan, terutama dari negara-negara sekutu AS. Kebijakan proteksionis yang mengedepankan tarif tinggi dianggap merusak hubungan dagang yang sudah terjalin.
Beberapa negara telah mengisyaratkan akan merespons dengan tindakan balasan jika tarif ini tetap diterapkan. Respon dari negara-negara tersebut dapat memperburuk ketegangan perdagangan yang sudah ada dan menyebabkan konflik ekonomi yang lebih besar.
Selama masa kepresidenannya, Trump seringkali lebih memilih untuk bernegosiasi dengan pendekatan yang lebih agresif. Pendekatan ini menggambarkan keyakinannya bahwa tekanan dapat memaksa negara-negara lain untuk berkompromi dalam isu perdagangan.
Dampak Kebijakan Tarif Terhadap Konsumen dan Bisnis di Dalam Negeri
Kebijakan tarif yang tinggi ini tidak hanya berdampak pada negara-negara lain, tetapi juga pada konsumen dan bisnis di dalam negeri. Kenaikan harga barang yang diimpor akan berpotensi membuat konsumen membayar lebih untuk produk yang mereka butuhkan.
Para pelaku bisnis dapat mengalami tekanan tambahan, yang mungkin menyebabkan mereka harus menaikkan harga atau mengurangi stok barang. Dalam jangka panjang, ini dapat menghambat pertumbuhan ekonomi domestik.
Selain itu, bisnis kecil yang bergantung pada barang impor juga akan terkena dampaknya. Dengan biaya yang semakin meningkat, mereka mungkin menghadapi kesulitan dalam mempertahankan profitabilitas dan daya saing di pasar.