www.sekilasnews.id – Persaingan antara dua ikon tinju, Manny Pacquiao dan Floyd Mayweather Jr., kembali mencuat di tengah sorotan publik. Kritikan terbaru dari Pacquiao yang menyinggung gaya hidup Mayweather menunjukkan bahwa konflik di antara mereka belum sepenuhnya mereda.
Kritikan Pacquiao muncul setelah pengumuman comebacknya yang mengejutkan melawan Mario Barrios pada 19 Juli 2025. Pertarungan yang dijadwalkan ini seolah mengingatkan kembali pada pertarungan legendaris mereka yang berlangsung pada 2015, di mana keduanya tercatat dalam sejarah sebagai salah satu event tinju termahal.
Dalam sebuah wawancara yang diadakan pada podcast George Janko, Pacquiao tidak segan-segan menyampaikan pendapatnya. Dia menyebut Mayweather terlalu terobsesi dengan materi dan kekayaan, menyiratkan bahwa itu menjadi salah satu kelemahan rivalnya dalam menghadapi kehidupan yang lebih bermakna.
Dia mengatakan, “Saya rasa dia sombong. Tuhannya adalah hal-hal materi dan uang, dan saya merasa kasihan padanya.” Pernyataan tersebut mencerminkan perbedaan mendasar dalam pandangan hidup mereka.
Kritikan Pacquiao tidak hanya berhenti di situ. Dia juga menekankan pentingnya nilai-nilai religius dan bagaimana keberuntungan serta kesuksesan seharusnya dimanfaatkan untuk kebaikan. Ia mengungkapkan komitmennya untuk menyisihkan sebagian dari pendapatannya untuk membantu gereja dan masyarakat.
Menelusuri Sejarah Pertarungan Antara Pacquiao dan Mayweather
Ketika kita melihat kembali ke masa lalu, pertarungan antara Pacquiao dan Mayweather pada 2015 sungguh monumental. Event tersebut dikenal sebagai ‘Pertarungan Abad Ini’ dan menarik perhatian dunia tinju serta penggemar olahraga secara luas.
Pertarungan ini tidak hanya menghasilkan pendapatan fantastis mencapai USD 600 juta, tetapi juga menciptakan momen-momen tak terlupakan dalam dunia olahraga. Namun, di balik layar, persaingan ini sarat akan ketegangan dan rivalitas yang mendalam.
Sejak saat itu, keduanya telah menjalani berbagai perjalanan yang berbeda. Pacquiao terjun ke dunia politik dan telah berjuang untuk memberikan kontribusi positif dalam kehidupan masyarakat Filipina, sedangkan Mayweather tetap berfokus pada dunia tinju dan bisnis yang menguntungkan.
Walaupun keduanya pernah menunjukkan saling menghormati dalam pertemuan di Jepang pada 2022, banyak yang merasa bahwa ketegangan lama ini belum sepenuhnya pudar. Keduanya tetap menjadi sorotan publik, tidak hanya karena prestasi mereka di ring tinju tetapi juga gaya hidup dan keputusan yang diambil setelah pensiun.
Pentingnya Filosofi Hidup dalam Karir Tinju
Filosofi hidup yang dipegang oleh seorang petinju sering kali mempengaruhi perjalanan karirnya. Dalam kasus Pacquiao, nilai-nilai spiritual dan keinginan untuk membantu orang-orang di sekitarnya mendominasi cara dia menjalani hidup dan karirnya.
Ia percaya bahwa sebagian dari kesuksesannya harus dibagikan kepada orang lain, dan hal ini menjadi motivasi di balik tindakannya. Pendekatannya berbeda jauh dengan Mayweather yang sering kali jadi sorotan karena gaya hidup mewah dan fokus pada akumulasi kekayaan.
Pacquiao menegaskan, “Saya ingin membagikan firman Tuhan dan disiplin yang seharusnya dipegang oleh semua orang.” Ini menunjukkan betapa pentingnya cita-cita dan moralitas bagi dirinya, meskipun berada di dunia yang penuh dengan tantangan dan persaingan tinggi.
Pada akhirnya, filosofi hidup ini bukan hanya mempengaruhi keputusan mereka di luar ring, tetapi juga membentuk cara mereka berinteraksi dengan dunia. Seperti yang kita lihat, perbedaan ini memunculkan nuansa tersendiri dalam hubungan mereka.
Implikasi Kembali ke Ring Bagi Pacquiao
Kembalinya Pacquiao ke dunia tinju membawa banyak pertanyaan, termasuk motivasi di balik keputusan tersebut. Di usia 46 tahun, banyak yang meragukan kemampuannya untuk bersaing di tingkat yang sama seperti sebelumnya.
Namun, niatnya untuk melawan Mario Barrios tampaknya lebih dari sekedar petarungan biasa. Ini bisa jadi dianggap sebagai upaya untuk membuktikan bahwa dia masih memiliki relevansi di dunia tinju, meskipun banyak yang menganggapnya telah pensiun.
Pacquiao sendiri menyatakan bahwa keputusan ini lebih kepada cinta dan dedikasi terhadap olahraga tinju. Dia ingin membuktikan kepada dunia, termasuk kepada dirinya sendiri, bahwa semangat juang tidak pernah pudar meski usia terus bertambah.
Dengan kembali ke ring, Pacquiao berharap bisa menginspirasi generasi mendatang, terutama anak-anak muda yang bercita-cita menjadi petinju. Dia ingin menunjukkan bahwa dengan tekad dan keyakinan, segala sesuatu dimungkinkan.
Kesimpulannya, perseteruan antara Pacquiao dan Mayweather tetap menarik untuk diikuti. Meskipun ada berbagai perbedaan dalam pandangan filosofi hidup dan keputusan yang diambil, keduanya tetap menjadi simbol kekuatan dan ketahanan dalam dunia tinju.