www.sekilasnews.id – Hindun Anisah baru saja meraih gelar doktor dalam bidang Sejarah Peradaban Islam di Fakultas Islam Nusantara Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia). Isu yang ia angkat melalui disertasinya ini sangat relevan, terutama saat peran ulama perempuan di Indonesia menjadi sorotan publik.
Dalam disertasinya yang berjudul “Gerakan Ulama Perempuan Indonesia: Studi Atas Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) Sebagai Gerakan Baru Perempuan Indonesia”, Hindun menyampaikan pandangan yang mendalam mengenai tantangan yang dihadapi oleh ulama perempuan. Ia memperlihatkan bahwa kontribusi perempuan dalam bidang keagamaan telah ada sejak masa awal perkembangan Islam.
Dengan memanfaatkan sejarah, ia menggali lebih dalam tentang resistensi yang sering kali menghalangi mereka dalam mengekspresikan otoritas keagamaan. Ada banyak contoh dari sejarah, seperti Aisyah RA, yang meriwayatkan banyak hadis sahih, menunjukkan bahwa perempuan juga memiliki kedudukan penting dalam sejarah Islam.
Pentingnya Memahami Sejarah dan Peran Ulama Perempuan
Pemahaman yang mendalam mengenai sejarah ulama perempuan sangat penting dalam konteks masyarakat Indonesia saat ini. Melalui keberadaan mereka, masyarakat bisa menilai posisi perempuan dalam tradisi Islam yang kerap kali dipandang sebelah mata.
Hindun menyebutkan bahwa ulama perempuan seharusnya bisa menjadi agen perubahan dan inspirasi, bukan saja bagi perempuan lainnya, tetapi juga untuk masyarakat luas. Dengan demikian, masyarakat tidak lagi terjebak dalam stereotip yang selama ini mengakar.
Pada tahun 2023, Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) menjadi forum bagi para cendekiawan perempuan untuk membahas berbagai isu yang relevan. Dalam kongres ini, mereka membicarakan tantangan yang dihadapi serta membagikan pengalaman yang berharga.
KUPI pertama kali diadakan di Pondok Pesantren Kebon Jambu al-Islamy, Cirebon, pada tahun 2017. Melalui forum ini, diharapkan tercipta kesadaran baru mengenai peran perempuan dalam masyarakat yang berbasis agama.
Pentingnya dialog dalam KUPI memberi kesempatan bagi perempuan-perempuan ini untuk memperlihatkan bahwa suara mereka penting. Mereka bisa berkontribusi dalam pengambilan keputusan yang memengaruhi kehidupan banyak orang.
Tantangan yang Masih Dihadapi Ulama Perempuan di Indonesia
Seni dan keterampilan komunikasi menjadi sarana penting bagi ulama perempuan dalam menyampaikan pesan-pesan keagamaan. Namun, tantangan yang lebih besar adalah untuk mendapatkan pengakuan atas otoritas mereka di masyarakat. Banyak yang masih meragukan kapasitas mereka.
Resistensi terhadap keberadaan ulama perempuan sering kali muncul dalam bentuk stereotip gender yang menyudutkan. Masyarakat kadang melihat perempuan dalam kerangka peran tradisional saja, bukan sebagai pemimpin spiritual.
Selain itu, ada hambatan dalam akses pendidikan tinggi. Banyak ulama perempuan yang terbatas dalam kesempatan untuk melanjutkan studi yang lebih tinggi. Tanpa pendidikan yang memadai, kemampuan mereka untuk berkontribusi secara maksimal juga akan terhambat.
Minimnya peluang kepemimpinan dalam organisasi keagamaan merupakan tantangan lain yang signifikan. Ulama perempuan yang berpotensi sering kali tidak diberikan kesempatan untuk menonjol dalam posisi-posisi strategis.
Keterlibatan mereka dalam pengambilan keputusan yang krusial juga terhambat. Ini menjadi masalah mendasar yang perlu diselesaikan agar suara perempuan dalam bidang keagamaan bisa didengar dan dipertimbangkan.
Langkah Menuju Perubahan dan Pemberdayaan
Agar peran ulama perempuan dapat semakin diperkuat, diperlukan langkah-langkah strategis dari berbagai pihak. Pertama, pendidikan yang inklusif dan akses yang lebih baik harus menjadi prioritas. Hal ini akan membantu menghasilkan lebih banyak ulama perempuan yang berkemampuan tinggi.
Selain itu, perlu adanya program-program yang mendukung kepemimpinan perempuan dalam organisasi agama. Dengan memberi kesempatan kepada mereka, kita bisa mendorong perubahan yang lebih signifikan.
Kupas lebih lanjut tentang KUPI dan bagaimana forum ini bisa menjadi jembatan penghubung bagi ulama perempuan di seluruh Indonesia. Forum ini membuka jalan bagi advokasi dan kolaborasi yang lebih efektif.
Melalui pendekatan ini, diharapkan masyarakat akan mulai merubah pandangannya mengenai perempuan dalam proyek keagamaan. Kesadaran akan pentingnya kontribusi mereka dalam berbagai aspek kehidupan akan semakin meningkat.
Dalam jangka panjang, upaya ini akan membangun basis yang lebih kuat bagi ulama perempuan di Indonesia, memungkinkan mereka untuk menjalankan peran mereka dengan lebih baik dan lebih dihargai.