www.sekilasnews.id – PM Israel Benjamin Netanyahu disebut seret Zionis ke jurang kehancuran. Foto/X/@VividProwess
Gadi Eisenkot, mantan panglima militer Israel, pada hari Sabtu mengecam kurangnya kepemimpinan Netanyahu dan mengakui kekalahan rezim tersebut dalam perang berkepanjangan dengan Hamas di Gaza sejak Oktober 2023.
“Kurangnya kepemimpinan Netanyahu dan penolakannya untuk membuat keputusan sulit, berdasarkan pertimbangan pribadi dan politik, menyeret Israel ke jurang kehancuran,” kata Eisenkot dalam sebuah unggahan Facebook, dilansir Press TV.
“Dua puluh dua bulan telah berlalu sejak kegagalan 7 Oktober. Tujuan perang belum tercapai, dan saudara-saudara kita sekarat di terowongan Hamas.”
Mantan panglima militer tersebut juga meminta para pemukim Israel untuk bergabung dalam aksi mogok besar-besaran yang diorganisir oleh keluarga para tawanan pada hari Minggu untuk menekan rezim agar mencapai kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas.
Media Israel mengatakan aksi mogok besar-besaran diperkirakan akan terjadi pada Minggu pagi karena keluarga para tawanan memprotes keputusan Netanyahu baru-baru ini untuk memperluas perang di Gaza, alih-alih menandatangani kesepakatan untuk memulangkan mereka yang ditawan.
Penyelenggara protes massal tersebut mengatakan hampir satu juta orang diperkirakan akan bergabung dalam aksi mogok di Tel Aviv dan puluhan ribu lainnya di berbagai lokasi di Israel.
Baca Juga: 3 Negara Bagian AS Kirim Ratusan Garda Nasional ke Washington, Ada Apa Gerangan?
Situasi di Jalur Gaza semakin mengkhawatirkan setiap harinya, terutama dengan peringatan dari mantan pejabat militer yang menyoroti kondisi yang semakin memburuk. Masyarakat internasional menyaksikan dengan seksama setiap langkah yang diambil oleh pemerintah Israel, terutama langkah-langkah yang berkaitan dengan kebijakan kekerasan yang terus berlanjut terhadap warga sipil. Dalam konteks ini, para pengamat politik menilai bahwa Netanyahu berada di ujung tanduk, terjebak dalam kebijakan yang semakin sulit dan tidak efektif.
Dalam beberapa tahun terakhir, konflik di Gaza telah mengakibatkan banyak korban jiwa dan kerugian materi yang besar. Para pemimpin dunia harus mengambil tindakan tegas untuk mengatasi masalah ini. Ketidakpuasan masyarakat lokal terhadap pemerintah semakin meningkat, dan banyak yang menganggap pemimpin saat ini gagal dalam memberikan solusi yang dibutuhkan untuk mengakhiri penderitaan yang berkepanjangan.
Mengapa Netanyahu Dikecam oleh Mantan Pejabat Militer?
Penyebab utama kritik terhadap Netanyahu adalah kegagalannya dalam mengambil keputusan yang efektif di tengah situasi perang yang berkepanjangan. Gadi Eisenkot, selaku mantan panglima militer, mengekspresikan kekecewaannya terhadap kebijakan dan tindakan yang diambil oleh Netanyahu. Ia percaya bahwa kepemimpinan yang lemah akan membawa dampak negatif yang signifikan bagi masa depan Israel.
Banyak pengamat berargumen bahwa pemimpin yang tak mampu menghadapi realitas sulit sering kali menciptakan kondisi yang lebih buruk bagi warganya. Diperlukan kepemimpinan yang berani untuk membuat keputusan yang tidak hanya didasarkan pada kepentingan politik, tetapi juga untuk kesejahteraan seluruh rakyat Israel.
Dalam konteks ini, perempuan dan anak-anak yang menderita di Gaza menjadi simbol dari dampak perang yang berkepanjangan. Setiap hari, laporan mengenai korban jiwa semakin bertambah, menyiratkan bahwa tidak ada jalan keluar yang jelas dari konflik ini. Itu adalah sebuah peringatan bagi semua pihak bahwa perdamaian harus dicari dan diperjuangkan, bukan hanya diucapkan tanpa tindakan nyata.
Aksi Mogok dan Suara Keluarga Tawanan
Aksi mogok yang direncanakan oleh keluarga para tawanan akan menjadi salah satu tonggak penting dalam perjuangan mereka untuk mendapatkan keadilan. Ada harapan bahwa melalui aksi ini, suara mereka bisa terdengar oleh pemerintah dan masyarakat luas. Kekhawatiran meningkat seiring dengan pengumuman bahwa perang akan dilanjutkan tanpa upaya untuk mencari solusi damai.
Para penyelenggara protes berharap dapat menarik perhatian dunia dan menunjukkan betapa mendesaknya masalah ini. Mereka ingin menghentikan kekerasan yang terus berlangsung dan mengedepankan dialog sebagai ganti konflik. Berbagai organisasi kemanusiaan juga mendukung aksi ini dengan memperhatikan dampak sosial yang dialami oleh keluarga-keluarga tersebut.
Aksi mogok ini bukan hanya sekadar unjuk rasa, tetapi sebuah seruan untuk tindakan nyata dari pemerintah untuk menyelamatkan nyawa. Dalam kondisi ekstrem seperti ini, setiap suara sangat berarti dan dapat memberikan harapan bagi mereka yang terjebak dalam konflik.
Dampak Perang bagi Rakyat Palestina dan Israel
Selama beberapa tahun terakhir, dampak dari konflik ini dirasakan oleh seluruh masyarakat, baik di Palestina maupun Israel. Banyak keluarga kehilangan anggota tersayang, baik akibat serangan langsung maupun karena keadaan sulit yang harus dialami oleh warga sipil. Ini menciptakan siklus penderitaan yang tampaknya sulit untuk diakhiri, dimana kebencian dan kekecewaan terus berkembang di masing-masing pihak.
Orang-orang di Gaza semakin tertekan, dengan infrastruktur yang hancur dan akses terhadap bantuan kemanusiaan yang sangat terbatas. Kenyataan ini memunculkan kebutuhan mendesak bagi upaya internasional untuk menciptakan kondisi damai. Dalam upaya ini, masyarakat global diharapkan tidak hanya sekadar mengamati, tetapi turut berperan aktif dalam mendukung perdamaian yang berkelanjutan.
Di sisi lain, rakyat Israel juga menghadapi dampak konflik ini, dengan meningkatnya ketidakamanan dan stres psikologis akibat ketegangan yang terus berlanjut. Banyak yang merasa kekhawatiran akan masa depan mereka semakin meningkat, terutama dengan kebijakan yang dianggap tidak efektif. Oleh karena itu, upaya untuk mencapai kesepakatan damai menjadi semakin penting demi menciptakan stabilitas yang diharapkan oleh semua pihak.