www.sekilasnews.id – Fenomena ketindihan saat tidur kerap dikaitkan dengan hal mistis atau supranatural. Namun, dalam dunia kedokteran, kondisi ini dikenal sebagai sleep paralysis atau kelumpuhan tidur, dan memiliki penjelasan ilmiah yang logis.
Dalam konteks ini, kondisi ketindihan tidak hanya menjadi pengalaman menakutkan, tetapi juga memiliki dasar neurologis. Hal ini mendorong para ahli untuk membahasnya dari sudut pandang kesehatan, membantu masyarakat mengerti fenomena ini dengan lebih baik.
Fenomena ini dialami oleh banyak orang, menyebabkan mereka terbangun dalam keadaan tidak bisa bergerak. Keterbatasan ini sering menimbulkan perasaan cemas dan ketakutan yang bisa memengaruhi kualitas tidur.
Penjelasan Medis tentang Ketindihan Saat Tidur
Dokter menyatakan bahwa ketindihan saat tidur merupakan hasil dari gangguan transisi antara tidur dan terjaga. Ini terjadi ketika otak terbangun, tetapi tubuh masih dalam keadaan tidur.
Dalam fase ini, otot-otot, terutama otot-otot besar, mengalami relaksasi total, menyebabkan ketidakmampuan untuk bergerak. Dampak dari fase ini adalah individu merasa terjebak di antara kesadaran dan mimpi.
Secara ilmiah, ketindihan bisa terjadi pada fase tidur REM, di mana mimpi biasanya terjadi. Jika seseorang terbangun tiba-tiba dari fase ini, mereka mungkin mengalami ketindihan.
Proses Tidur dan Tahapan yang Terlibat
Proses tidur manusia dibagi menjadi beberapa tahapan yang berbeda, yang terintegrasi untuk memastikan istirahat yang efektif. Fase ini meliputi tahap Non-Rapid Eye Movement (NREM) dan Rapid Eye Movement (REM).
Fase tidur NREM terdiri dari tiga tahap, setiap tahap memiliki karakteristik dan manfaat yang berbeda. Pada tahap-tahap ini, tubuh berfungsi untuk memperbaiki diri dan mempersiapkan untuk aktivitas berikutnya.
Setelah melalui tahapan NREM, tubuh masuk ke fase REM, yang merupakan tahap mimpi. Fase ini menjadi penting bagi kesehatan mental dan emosional, mempengaruhi suasana hati dan keterampilan kognitif.
Faktor yang Mempengaruhi Kemunculan Ketindihan
Berbagai faktor dapat berkontribusi pada munculnya ketindihan, mulai dari pola tidur yang tidak teratur hingga stres berkepanjangan. Kurangnya waktu tidur juga dapat memperburuk keadaan tersebut.
Pola tidur yang tidak konsisten dapat mempengaruhi siklus tidur, sehingga meningkatkan kemungkinan mengalami ketindihan. Selain itu, beberapa gangguan tidur, seperti insomnia, dapat memperburuk kondisi ini.
Stres psikologis yang tinggi juga menjadi pemicu utama dari fenomena ketindihan, terutama ketika pikiran individu terlalu dibebani. Hal ini menyebabkan ketegangan yang dapat mengganggu proses tidur.