www.sekilasnews.id – Tunggal putra andalan Indonesia, Anthony Sinisuka Ginting, akhirnya bersiap untuk kembali bertanding di Japan Open 2025 setelah enam bulan absen akibat cedera bahu. Meskipun semangatnya tinggi untuk kembali ke lapangan, Ginting mengaku masih merasakan rasa canggung saat memasuki arena kompetisi.
Sehari sebelum turnamen BWF Super 750 ini dimulai, tim bulutangkis Indonesia mendapatkan kesempatan untuk berlatih di Tokyo Metropolitan Gymnasium. Dalam sesi latihan resmi yang berlangsung selama satu jam, Ginting dan rekan-rekannya berpindah-pindah di tiga lapangan yang berbeda.
“Rasanya benar-benar berbeda karena sudah cukup lama tidak bertanding. Selama ini hanya melakukan latihan, dan sekarang harus bersiap untuk turnamen. Meskipun saya hanya beradaptasi dengan lapangan, semuanya terasa sangat berbeda,” ungkap Ginting dalam rilis resmi.
Ginting juga mengakui bahwa enam bulan tanpa bertanding cukup menyulitkan untuk merasakan kembali suhu kompetisi di lapangan. Ia bahkan merasakan bahwa rasa gugup bisa muncul hanya setelah sebulan tidak berlaga.
“Bahkan satu bulan pun cukup untuk membuat saya merasa canggung. Namun, saya sudah berdiskusi dengan pelatih, Koh Indra Wijaya, mengenai semua hal yang perlu dipersiapkan. Ini mencakup bukan hanya aspek teknis, tetapi juga hal-hal non-teknis di luar lapangan,” tambahnya.
Menghadapi Tantangan Setelah Cidera Panjang
Setelah absen cukup lama, kembali ke arena pertandingan adalah tantangan tersendiri bagi seorang atlet. Ginting harus menghadapi kondisi fisik dan mental yang mungkin belum sepenuhnya siap untuk kompetisi. Proses adaptasi ini bisa menjadi salah satu kunci keberhasilan bagi Ginting dalam turnamen yang akan datang.
Penting bagi Ginting untuk memulihkan kepercayaan diri yang mungkin menurun selama masa pemulihan. Dukungan dari tim dan pelatih juga memainkan peranan penting dalam membangkitkan motivasinya menjelang pertandingan. Berbagai strategi untuk mengatasi rasa gugup pun perlu diterapkan guna memperkuat mentalnya.
Satu hal yang menjadi fokus utama bagi Ginting adalah menjaga kebugaran fisik. Selama enam bulan absen, atlet ini harus menjaga rutinitas latihan agar tetap dalam kondisi terbaik. Ini juga termasuk latihan spesifik yang menyesuaikan kebutuhannya saat memasuki pertandingan sesungguhnya.
Persiapan Mental Menjelang Japan Open 2025
Menjelang Japan Open 2025, persiapan mental Ginting menjadi salah satu aspek penting yang perlu diperhatikan. Setiap atlet tentunya memiliki cara tersendiri untuk mengatasi tekanan sebelum kompetisi. Ginting mengakui bahwa membangun mental yang kuat adalah tantangan yang harus dihadapi pasca cedera.
Latihan mental bukan hanya membantu dalam menghadapi lawan, tetapi juga dalam menghadapi diri sendiri. Menggali teknik relaksasi dan visualisasi dapat membantu Ginting untuk mengatasi rasa canggung yang mungkin muncul. Ini juga berfungsi sebagai langkah untuk meningkatkan konsentrasi saat bertanding.
Diskusi dengan pelatih juga merupakan bagian penting dalam mempersiapkan mental. Ginting dan Koh Indra Wijaya membahas tidak hanya aspek kompetitif, tetapi juga metode untuk menjaga ketenangan pikiran. Ini akan menjadi kunci untuk meraih hasil positif dalam pertandingan mendatang.
Dukungan Tim dan Harapan untuk Masa Depan
Dukungan dari tim bulutangkis Indonesia juga berperan besar dalam proses pemulihan Ginting. Atmosfer positif dalam tim mampu memotivasi setiap anggotanya untuk memberikan yang terbaik. Hal ini berkontribusi dalam menciptakan solidaritas, yang sangat penting dalam dunia olahraga.
Apalagi, Ginting adalah salah satu ikon olahraga di Indonesia. Harapan para penggemar dan masyarakat sangat besar, dan Ginting merasa hal ini bisa menjadi pendorong semangat. Ia memahami tanggung jawabnya untuk memberikan performa terbaik saat bertanding.
Memasuki Japan Open 2025, harapan tertinggi tentu ada pada bahu Ginting. Melihat perjalanan yang telah dilaluinya, Ginting sejatinya adalah teladan bagi atlet muda lainnya. Dengan segala pengorbanan dan semangat juangnya, ada harapan besar untuk kembali meraih prestasi di kancah internasional.