www.sekilasnews.id – Perdana Menteri India, Narendra Modi, baru-baru ini mengunjungi China dalam konteks hubungan yang bergejolak. Kunjungan ini dihadapkan pada tantangan besar, terutama dampak dari tarif tinggi yang diberlakukan oleh Amerika Serikat, yang menekan sektor perdagangan India.
Dikabarkan, tarif barang-barang seperti berlian dan udang yang diekspor India ke AS kini mencapai 50%. Hal ini dianggap sebagai langkah hukuman oleh Presiden AS, Donald Trump, terkait dengan kebijakan energi India yang terus membeli minyak dari Rusia.
Para pakar menilai, tarif ini dapat berpengaruh buruk bagi sektor ekspor India, yang tengah berupaya mencapai target pertumbuhan yang dinamis. Di sisi lain, China juga ingin memulihkan ekonomi yang tengah lesu akibat berbagai faktor global dan domestik, termasuk tarif AS yang sangat tinggi.
Pentingnya Memulihkan Hubungan Diplomatik di Antara Kedua Raksasa Asia
Dengan latar belakang konflik yang mengakar, India dan China menganggap penting untuk memulihkan hubungan mereka. Keduanya merupakan negara dengan populasi terbanyak di dunia, dan ketegangan di antara mereka selama ini banyak dipicu oleh sengketa perbatasan yang berkepanjangan.
Dalam sebuah editorial, para ahli menyatakan bahwa stabilitas di hubungan India-China sangat memengaruhi keamanan dan pertumbuhan global. Mereka percaya bahwa kunjungan Modi bisa menjadi titik balik baru dalam memperbaiki hubungan ini yang telah berlarut-larut dalam ketidakpercayaan.
Walaupun banyak pandangan yang skeptis, namun optimisme mulai muncul terkait potensi kerjasama antara kedua negara. Sebuah hubungan yang lebih baik tidak hanya bermanfaat bagi kedua pihak, namun juga bagi stabilitas kawasan dan dunia.
Kedua Negara sebagai Kekuatan Ekonomi yang Tak Terelakkan
India dan China memiliki posisi signifikan dalam peta ekonomi global; China adalah ekonomi terbesar kedua di dunia, sementara India diperkirakan akan menjadi yang ketiga. Pertumbuhan India yang stabil di atas 6% memberikan sinyal positif bagi investor dan pasar internasional.
Menurut laporan internasional, ekonomi India saat ini bernilai sekitar USD 4 triliun dan diharapkan akan naik ke posisi ketiga pada tahun 2028. Ini meningkatkan harapan akan peluang kerjasama lebih luas antara ekonomi terbesar kedua dan yang akan menjadi ketiga.
Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa hubungan kedua negara jauh dari stabil. Sengketa wilayah seperti yang terjadi di Lembah Galwan pada juni 2020 menjadi pengingat akan ketegangan yang mungkin muncul kapan saja.
Persistensi ketegangan ini mengancam hubungan perdagangan dan investasi yang lebih erat. Beberapa inisiatif kolaboratif di sektor teknologi dan infrastruktur pun mengalami hambatan akibat tindakan saling menghukum ini.
Dampak Geopolitik dan Ekonomi dari Ketegangan yang Berkelanjutan
Ketegangan antara India dan China tidak hanya berdampak pada hubungan bilateral mereka tetapi juga pada stabilitas geopolitik di seluruh Asia. Sektor-sektor seperti penerbangan, investasi, dan teknologi mengalami dampak langsung dari kondisi ini, dengan beberapa proyek infrastruktur Indonesia yang ditangguhkan.
Dalam konteks ini, kebijakan dan tindakan terhadap investasi Tiongkok di India menjadi semakin ketat. Negara ini telah melarang lebih dari 200 aplikasi Tiongkok, termasuk platform media sosial yang populer, TikTok.
Dampak dari keputusan-keputusan ini cukup luas, mulai dari ketidakpastian di kalangan investor internasional hingga menciptakan gejolak di pasar kerja. Hal ini berpotensi memengaruhi pertumbuhan ekonomi India, yang tengah berjuang untuk pulih dari dampak pandemi global.
Karena kedua negara memiliki kepentingan yang saling bertentangan, penting bagi mereka untuk berupaya mencari titik temu. Sifat kompleks dari hubungan mereka menciptakan dilema, namun kerja sama di beberapa sektor bisa jadi langkah awal menuju perbaikan yang lebih berkelanjutan.
Pemulihan hubungan India dan China akan memerlukan dialog yang terbuka dan keberanian untuk menyelesaikan isu-isu hangat yang selama ini menciptakan ketegangan. Jika berhasil, hal ini akan membawa banyak manfaat bagi kawasan dan seluruh dunia.