www.sekilasnews.id – Bursa Efek Indonesia (BEI) hingga saat ini terdapat lima perusahaan berada dalam pipeline untuk melakukan pencatatan perdana saham. FOTO/dok.SindoNews
JAKARTA – Bursa Efek Indonesia (BEI) hingga saat ini terdapat lima perusahaan berada dalam pipeline untuk melakukan pencatatan perdana saham atau initial public offering (IPO).
“Sampai dengan 18 Juli 2025 telah tercatat 22 perusahaan yang mencatatkan saham di bursa dengan dana dihimpun Rp10,39 triliun,” kata Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna dalam keterangannya, dikutip Minggu (20/7).
Baca Juga: Penyebab Saham CDIA Digembok Bursa, Harganya Melonjak Tak Wajar usai IPO
Sebanyak 1 perusahaan masuk dalam kategori aset berskala sedang atau antara Rp50 miliar hingga Rp250 miliar. Serta 4 perusahaan memiliki aset berskala besar atau di atas Rp250 miliar.
Dari daftar pipeline perusahaan yang akan IPO, sebanyak 2 perusahaan berasal dari sektor bahan baku. Kemudian, masing-masing 1 perusahaan dari sektor energi, sektor keuangan dan sektor transportasi.
Perceraian antara dunia bisnis dan publik di Indonesia menjadi faktor penting dalam pertumbuhan ekonomi. Melalui pencatatan saham, perusahaan-perusahaan ini tidak hanya mendapatkan akses modal, tetapi juga meningkatkan transparansi dalam operasional mereka. IPO memberikan peluang bagi investor untuk berpartisipasi dalam pertumbuhan perusahaan.
Namun, perjalanan menuju IPO tidak selalu mulus. Perusahaan harus memenuhi berbagai persyaratan yang ditetapkan oleh regulator dan pasar. Selain itu, mereka juga perlu melakukan strategi pemasaran yang baik agar menarik minat investor.
Pentingnya Pencatatan Saham di Bursa Efek Indonesia
Pencatatan saham di BEI memberi modal kepada perusahaan untuk memperluas usaha. Modal yang diperoleh dari IPO dapat digunakan untuk investasi dalam proyek baru yang dapat meningkatkan kapasitas produksi dan daya saing perusahaan di pasar.
Selain itu, IPO juga meningkatkan kredibilitas perusahaan di mata konsumen dan mitra bisnis. Dengan menjadi perusahaan publik, mereka harus memenuhi standar laporan keuangan yang lebih ketat, yang meningkatkan akuntabilitas dan kepercayaan.
Perusahaan yang terdaftar juga memiliki akses yang lebih luas untuk mendapatkan fasilitas perbankan dan investasi lainnya. Ini adalah keuntungan tambahan yang bisa diraih hanya dengan menjadi perusahaan publik.
Namun, proses IPO juga menghadirkan tantangan. Perusahaan perlu melakukan due diligence yang menyeluruh, serta menyiapkan laporan keuangan dan dokumen legal yang diperlukan. Hal ini bisa memakan waktu dan biaya yang signifikan.
Ketidakstabilan pasar dan fluktuasi nilai saham juga menjadi risiko tersendiri setelah perusahaan go public. Ini berarti perusahaan harus memiliki rencana manajemen risiko yang baik untuk mengatasi berbagai situasi.
Kriteria dan Proses untuk Melakukan IPO
Untuk memenuhi syarat IPO, perusahaan harus memiliki kinerja keuangan yang solid. Ini termasuk catatan laba yang konsisten, laporan keuangan yang transparan, dan proyeksi pertumbuhan yang menjanjikan.
Selain itu, perusahaan juga diharuskan memiliki struktur manajemen yang kuat. Manajemen yang kompeten dan berpengalaman dapat meningkatkan kepercayaan investor dan peluang keberhasilan IPO.
Proses IPO biasanya dimulai dengan pemilihan penjamin emisi yang akan membantu perusahaan dalam menerbitkan saham. Penjamin emisi ini bertanggung jawab untuk menilai nilai perusahaan dan memberikan rekomendasi harga saham.
Setelah harga ditetapkan, perusahaan akan melakukan roadshow untuk menarik perhatian investor. Roadshow ini termasuk presentasi kepada investor institusi yang dapat berinvestasi dalam jumlah besar. Ini adalah tahap penting untuk mengukur minat pasar.
Akhirnya, setelah semua proses selesai, perusahaan akan melaksanakan pencatatan perdana saham di bursa. Tanggal pencatatan ini menjadi momentum penting bagi perusahaan dan investor, karena menandai awal sebuah era baru bagi perusahaan.
Prospek dan Tantangan di Masa Depan untuk IPO di Indonesia
Prospek IPO di Indonesia diperkirakan akan terus tumbuh seiring dengan pemulihan ekonomi pasca-pandemi. Banyak perusahaan yang melihat peluang untuk menerbitkan saham guna memperkuat posisi mereka di pasar.
Namun, tantangan seperti ketidakpastian ekonomi global dan situasi politik dalam negeri juga perlu diperhatikan. Perusahaan harus siap menghadapi fluktuasi yang mungkin terjadi di pasar.
Pendidikan dan pemahaman masyarakat tentang investasi juga menjadi faktor kunci dalam perkembangan pasar modal. Masyarakat yang lebih teredukasi akan membuat pasar menjadi lebih stabil dan menarik bagi investor.
Stabilitas regulasi juga sangat penting. Pemerintah dan otoritas keuangan harus memastikan bahwa aturan masih relevan dengan dinamika pasar. Ini akan memberikan kepastian hukum bagi perusahaan yang ingin melakukan IPO.
Akhirnya, keberagaman sektor dan inovasi produk di pasar juga menjadi faktor penting. Sektor yang beragam akan memberikan pilihan bagi investor dan berkontribusi terhadap perkembangan pasar modal yang lebih sehat.